The Most Beautiful Woman in All of Egypt - Chapter #4 - Free To Read

passion

My Passion

Perpustakaan
search
id

ID

user

The Most Beautiful Woman in All of Egypt

/

Bab 4

Saldo koin:

0

Kesayangan Firaun

Apr 2, 2025

Pengadilan meledak dalam kegaduhan.

Para bangsawan saling melempar hinaan, para wazir berbisik di balik kerah manik-manik mereka, dan suara para jenderal menggelegar bagai guntur memantul di dinding-dinding kuil.

Pernikahan? Dengan seorang panglima perang? Dengan pemberontak yang telah membakar kota-kota Firaun hingga rata dengan tanah? Sungguh tak masuk akal.

Laila tidak peduli dengan kemarahan mereka. Karena dia sudah membuat keputusannya.

"Tidak."

Satu kata itu membelah kebisingan bagai mata pisau. Dia berdiri dari tempatnya di samping Firaun, punggungnya tegak, dagunya terangkat, kain linennya yang berbenang emas berkilau dalam cahaya lilin.

Sang Ratu tidak bergeming. Laila melihatnya dalam tatapan dingin dan penuh pengertian itu—Nefirah telah menduga dia akan menolak. Tapi dia tidak menduga apa yang terjadi selanjutnya.

"Aku tidak akan diserahkan seperti selir rendahan," kata Laila, suaranya tak tergoyahkan, jernih bagai lonceng kuil. "Aku tidak akan dijadikan bidak untuk menawar takhta ayahku. Aku tidak akan dijual—"

"Laila."

Suara ayahnya pelan, tapi itu sudah cukup. Ruangan menjadi hening. Dia berpaling padanya, menunggu, menantangnya untuk menyangkal.

"Aku mencintaimu," katanya.

Kata-kata itu—lembut, nyaris putus asa—mengguncangnya lebih dari perintah apapun.

Karena cinta tidak pernah dipertanyakan.

Tentu saja dia mencintainya.

Tapi ini bukan tentang cinta.

"Ini prostitusi," desisnya, melangkah mendekat. "Ayah ingin menjual tubuhku untuk menyelamatkan takhta. Ayah ingin menjualku dan memulai lagi—dengannya."

Nefirah tidak bereaksi, tapi Laila menangkap perubahan di matanya. Kemenangan kecil.

Ayahnya tersentak, menggelengkan kepala. "Kau akan selalu jadi kesayanganku, Laila. Kau akan selalu jadi anak pertamaku."

"Bahkan jika Ayah punya putra?"

Sunyi.

Untuk pertama kalinya, Laila merasa goyah. Sebelum dia bisa menjawab—sebelum dia sanggup mendengarnya—sebuah suara memecah keheningan.

Sebuah gemuruh rendah yang semakin keras dari balik tembok istana. Keributan. Kerumunan. Sang Firaun berpaling ke arah balkon, ekspresinya gelap oleh sesuatu yang tak terbaca. Dan kemudian, pendeta tinggi masuk. Wajahnya pucat. Napasnya tersengal.

"Anda harus segera datang."

The Most Beautiful Woman in All of Egypt

The Most Beautiful Woman in All of Egypt

0 Bab

close

Pengaturan

close

A-
A+

Georgia

Arial

Cabin

T

T

T

Pembukaan otomatis bab

id

Indonesia

id
book

0

settings